Friday, 7 September 2012

Kekuatan itu bernama "Komitmen"

Bumiayu - "Mana komitmenmu?, gak profesional banget sih!" *sigh. Seperti itulah hasil kekesalan seorang teman yang diungkapkan melalui akun twitternya. Mungkin juga kalimat diatas pernah kita ucapkan pada rekan kerja, tim, atau sahabat terbaik kita atau bahkan sebaliknya merekalah yang justru sangat kesal dengan pola kebiasaan kita yang selalu menyepelekan sesuatu. Mungkin bagi kita, memang sepele, tapi belum tentu bagi orang lain. Dan sebenarnya sah-sah saja kita menyepelekkan sesuatu, karena memang itu sesuatu yang sangat sangat sepele bagi kita, yang pada akhirnya benar-benar menjadi sepele dan luput dari perhatian kita, dan menjadi penyebab utama hancurnya jalinan komunikasi yang tengah dibangun.

Adapun sesuatu itu bisa berupa sebuah "janji" misalnya, janji nongkrong bareng, janji membayar hutang, janji untuk rapat, janji mau mancing bareng, dan lainnya. Hati-hati bermain dengan "Komitmen", kadang karena rasa ketakutan yang amat sangat, pada akhirnya kitapun tidak berani mengucapkan janji, padahal seorang laki-laki yang berani mengucapkan janji dan komitmen menepatinya, martabat dan kewibawaannya bertambah sehingga orang lainpun akan menjaga komitmen yang sama dengannya. Mungkin solusi terbaik ucapkanlah janji terbaik yang relevan dengan kemampuan kita dalam menepatinya. 

Setiap orang yang mengenal dirinya pasti mengetahui kemampuan dasar dalam memulai dan menyelesaikan sesuatu. Dan bukan hal yang aneh juga ketika siapa yang mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya. Korelasinya adalah adanya kekuatan lain yang mendorong orang tersebut untuk memenuhi komitmen dan menepati janjinya, itulah kekuatan dari Tuhannya. Kira-kira sampai hari ini masih adakah yang takut mengucapkan janji untuk bayar hutang tanggal sekian tahun sekian, jam sekian, dan seterusnya. Bila aanda tidak yakin akan kemampuan memenuhi komitmen tersebut, anda tidak akan pernah bisa memgang komitmen pada siapapun.

Dalam perkara serius seperti dalam bisnis, pekerjaan, membina rumah tangga, beragama dan sebagainya nilai sebuah "Komitmen" akan semakin tinggi dan sangat berbobot dibanding dalam urusan sepele lainnya. Oleh karenaya jika dalam "komitmen" dalam hal sepele kita sudah melatih diri untuk tetap memperhatikan dan menganggapnya penting, maka dalam perkara kehidupan yang seriuspun kita semakin terlatih untuk menyikapinya. 

Kebiasaan menyepelekan sesuatu sebenarnya bisa dilihat dari dalam diri kita masing-masing. Bayangkan saja, kita sudah berkomitmen untuk bangun pagi, berangkat kuliah tepat waktu, lebih rajin dalam bekerja, memenuhi panggilan orang tua sebagai bentuk baktinya dan melakukan hal-hal untuk kebaikan diri saja masih belum bisa. Kebiasaan menunda-nunda tersebut memang tidak mengakibatkan kerugian langsung pada orang lain, apalagi yang berdampak dan berpotensi merugikan orang lain, pasti makin parah dong. Itu artinya belum ada pengenalan yang mendalam terhadap diri, sehingga Tuhannyapun tidak dikenalnya, Jadi antara mengenal diri dan Tuhan memang kuat korelasinya, dan kuncinya ada di Komitmen. 

Semua dikembalikan pada tiap diri, apakah akan dengan bersungguh-sungguh mengenal diri, itu artinya mengetahui segala kemampuan diri, kelemahan diri, dan bagaimana menemukan solusi atas diri, yang pada akhirnya kitapun menjadi bersyukur terhadap Tuhan. Komitmen terhadap diri itu artinya komitmen terhadap orang lain dan komitmen terhadap Tuhannya. Selamat meneguhkan komitmen!

No comments:

Post a Comment