Saturday, 8 September 2012

Bagaimana Memotivasi Diri Sendiri.

Bumiayu - Pernahkah terpikirkan bahwa dengan rajin mengikuti seminar motivasi semangat membara dalam menghadapi kehidupan kian melekat dalam diri?. Apalagi motivator yang memberikan nasehat dan motivasinya itu adalah nama-nama besar yang sudah diakui secara nasional. Meski banyak dari kita menganggukan kepala atas pertanyaan tersebut, namun jawaban tidak sepenuhnya benar, mari kita kritisi secara perlahan. Bahwa setiap orang memang membutuhkan sosok guru, motivator atau sejenisnya yang bisa selalu mendampingi dan memberikan kata-kata yang memotivasi agar tidak salah melangkah dalam menyikapi kehhidupan ini.


Namun tidak sadarkah diantara kita semua, bahwa guru-guru dan motivator atau sekelas pemuka agamapun juga membutuhkan sumber-sumber yang bisa memotivasi diri mereka sendiri. Jadi saat mereka sedang down, bisa jadi motivasinya kurang mengena untuk kita (katanya hidup manusia kadang diatas kadang dibawah - seperti roda yang berputar). 

Motivator terbaik untuk diri adalah diri kita sendiri. Percaya atau tidak, pernyataan yang mungkin asal njeplak ini bila diresapi ada benarnya juga. Sekarang perhatikan para motivator yang dengan semangat menggebu-gebu dalam memberikan training motivasi pada audiencenya, diantara audience itu salah satunya kita. Sebagian besar seisi ruangan yang hadir, termasuk kita saat itu seolah terhipnotis dan mengiyakan semua kata-katanya. Dari awal hingga akhir penyampaian pesan-pesan motivasi, semangat kitapun ikut tumbuh dan menggelora dalam dada. 

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, adakah jaminan bahwa spirit yang mengisi seluruh rongga dalam tubuh kita itu bisa bertahan dan konsisten dalam jangka waktu lama. Karena boleh jadi ketika selesainya acara seminar motivasi itu dan ketika orang-orang bergegas meninggalkan ruangan, keadaanya menjadi berbeda. Ketika sampai dirumah mungkin masih terngiang-ngiang beberapa nasehat yang disampaikan dalam seminar, tapi coba lihat dalam seminggu, sebulan, setahun, sepuluh tahun, bisa jadi malah gak ingat kapan ikut seminarnya. 

Beberapa hal yang terkadang luput dari perhatian kita adalah, bagaimana seorang motivator itu bisa menjaga dan mempertahankan motivasi dalam hidupnya sendiri. Lho bukan tidak mungkin dalam seminar yang dia selenggarakan juga mengalamai berbagai kendala, bahkan mungkin terpuruk dan rugi puluhan sampai ratusan juta rupiah gara-gara gak ada peminatnya di beberapa kota yang dikunjungi.

Salah satu kuncinya adalah dengan mencari sumber-sumber motivasi sebanyak mungkin dalam setiap perjalanan hidup kita, kemudian internalisasikan dalam diri, tanamkan dalam-dalam, yakinkan kuat-kuat, kemudian dipupuk terus, sehingga hanya diri kitalah sebaik-baik motivator bagi diri sendiri. Ingat-ingat kembali ketika anggota keluarga sakit parah, kemudian kita tidak mmapu membantu secara materi, padahal kita sudah cukup dewasa untuk mencari uang puluhan bahkan ratusan juta rupiah untuk biaya pengobatan anggota keluarga, misal ibu atau bapak kita. Atau masih terngiangkah saat istri anda mau melahirkan, betapa pusingnya mencari uang untuk persiapan persalinan, kemudian saat hidup bersama mertua anda bukan lagi pilihan yang tepat, sehingga memutuskan harus punya rumah sendiri. Mungkin itu sebagian kecil sumber motivasi, dan tentunya masih banyak lagi yang bisa kita angkat ke permukaan menjadi faktor pendorong untuk selalu bersemangat dalam hidup. 

Demikian halnya dengan Motivator yang namanya sudah besar, bisa disimpulkan sebagian besar dari mereka sudah pandai mengambil point-point yang menjadi sumber motivasi tersebut dan dimasukannya kuat-kuat sebagai prinsip hidup (internalisasi). Seandainya kita bisa menagkap point-point kuncinya, mungkin tidak perlulah rajin-rajin ikut seminar motivasi, berilah kesempatan kepada yang lain. Atau bila memang kita mau melatih mental kaya dan senang membantu, berikan saja tiket seminarnya ke orang lain dan dorong mereka untuk maju. Ikut seminar cukup sekali saja dan perdalam inti pesan-pesan motivasinya kemudian kembangkan melalui sumber-sumber motivasi lainnya, bukan malah ketagihan.

Tentunya Guru kita dan Motivator itu pun tidak bisa selamanya mendampingi kita. Merekapun juga sibuk dengan dunianya, sibuk mencari cara-cara baru dan sumber-sumber motivasi baru dalam menghadapi tantangan hidup yang selalu berubah-ubah. Jadi bila kita sangat menggantungkan harapan untuk membangkitkan motivasi kita pada mereka (guru-guru dan motivator-red), bisa jadi malah keterpurukan yang didapat. Karena idealnya motivasi dalam diri dibutuhkan dalam setiap hembusan nafas kita, setiap detik kita butuh spirit dalam menyikapi hidup yang pemenuhannya hanya bisa dilakukan oleh diri kita sendiri. 

Selagi masih diberikan waktu, lakukanlah perenungan secara mendalam, sebenarnya sumber motivasi terkuat adalah bersumber pada Tuhan, mendekatlah pada-Nya maka kitapun akan selalu bersemangat dalam hidup, yang pada akhirnya akan menularkan mental spirit kita pada orang lain. Resapi dan carilah sumber-sumber motivasi yang ditampakkan Tuhan dalam hidup kita, belum lagi yang tersiratpun banyak ragamnya. Guru dan Motivator yang kita kagumi juga bagian dari sumber-sumber motivasi, kitapun bisa merangkum semua sumber-sumber motivasi dan menjadikannya sistem ideal dalam kehidupan kita. Jadi, sudahkan anda menjadi motivator untuk diri anda sendiri ?.

No comments:

Post a Comment