Yogyakarta - Wasting time!. Pernahkah membayangkan seandainya waktu yang anda miliki selama 24 jam setiap harinya dipotong menjadi 20, 15 atau 10 jam saja sehingga hidup menjadi terasa begitu singkat. Seandainyapun akan menjadi kenyataan, lalu apa yang akan anda lakukan demi menikmati hidup anda agar lebih efektif dan efisien. Padahal bila dilihat dengan lebih seksama waktu 24 jam sehari sangatlah kurang bagi orang-orang sibuk yang mencari kemapanan demi status sosial yang lebih baik. Sebaliknya, bagi orang-orang malas atau yang selalu menyalahkan kondisi dan lingkungan, waktu 24 jam terasa begitu lama, karena waktu yang dimanfaatkan tidaklah produktif. Sudahkah terbersit tanya dalam diri untuk menyiasatinya, seandainya salah satu gambaran keadaan diatas menimpa diri anda.
Tidak bisa dipungkiri bahwa terkadang diri kita yang super rajin, giat bekerja, tekun belajar, dan sifat positif lainnya terkikis perlahan karena berbagai persoalan yang menimpa kita. Dari rutinitas kita yang super sibuk, pernahkah kejenuhan seolah mengurung dalam ruang yang gelap, hingga tersesat dalam melangkahkan kaki ke arah yang lebih terang. Bila memang kondisi fisik yang terlalu lelah, atau terlalu beratnya beban pikiran yang menimpa, ada baiknya meluangkan waktu sejenak untuk bersantai, rileks, melihat alam yang hijau mungkin, dan bisa juga menghabiskannya dengan bercengkerama bareng rekan-rekan sebaya atau anak muda lebih familiar dengan istilah 'Kongkow-kongkow'.
Istilah gaul yang terkesan membunuh waktu, tidak produktif, dan image-image negatif ini belum tentu seperti yang disangkakan sebelumnya. Bisa saja 'kongkow-kongkow' yang dikerjakan sekelompok orang tadi memnag untuk me-refresh otak mereka yang terlalu lelah dengan rutinitas kerja misalnya. Bagi anak muda 'kongkow-kongkow' dimanfaatkan sebagai ajang bercanda, sharing dan curcol-curcol yang itu bisa melupakan sementara permasalahan yang ada. Nongkrong bareng dan sejenisnya dilakukan atas dasar kebutuhan bukan keinginan, sama artinya ketika kita membutuhkan sumber penghasilan (pekerjaan) demi kelanjutan hidup kita.
Bercengkerama bersama teman dan sahabat memiliki output yang positif ketika dalam pembicaraan yang santai juga sekaligus menemukan solusi atas persoalan yang ada. Suasana yang dibangun secara akrab bisa dilakukan sembari ngopi, arisan untuk ibu-ibu, nongkrong di cafe ala anak muda, sambil maen catur bagi bapak-bapak, dan masih banyak lagi 'metode' kongkow-kongkow. Bila diibaratkan dengan meeting atau rapat anggota DPR, tidak salah bila kongkow-kongkow yang dilakukan juga memerlukan peran seorang moderator. Meski bukan moderator secara formal yang ditunjuk, hanya menghadirkan sosok moderator yang ada dalam diri salah seorang peserta nongkrong bareng tadi. Hal ini tidak lain dimaksudkan untuk menjaga topik obrolah yang terarah namun tetap santai, lebih bermanfaat lagi ketika bisa memberikan solusi secara tidak langsung dari obrolan yang dilakukan.
Dalam kaitannya dengan 'wasting time' atau tidaknya kongkow-kongkow tadi, salah satunya bisa dilihat dari maksud dan tujuan serta niatan untuk tetap menjaga hubungan baik pertemanan. Maka janganlah ragu untuk meluangkan waktu dalam seminggu untuk bisa berkumpul dengan saudara, teman, sahabat, keluarga dan rekan-rekan dekat demi menyegarkan 'ruangan' dalam otak kita yang terlanjur pengap karena rutinitas yang menjenuhkan. So, sudah mengagendakan akan kongkow-kongkow bareng kemana akhir minggu ini ? segera agendakan sebelum anda menyesal tidak pernah menikmati waktu bersama sahabat dan rekan-rekan anda. :)). (Rry)
- Dari pengalaman nongkrong di hang out place di Jogja.
- Dari pengalaman nongkrong di hang out place di Jogja.
No comments:
Post a Comment