Yogyakarta - Judul diatas mungkin terasa 'menohok' dalam artian positif, karena memang saya sendiri sudah merasakannya, mari kita kaji bersama-sama. Banyak di Indonesia ini perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan memiliki project sampai ke pelosok daerah se-antero nusantara. Sebut saja PERS, Biro Konsultan, Event Organizer, Advertising Agency, dan masih banyak lagi perusahaan yang memiliki sejumlah project hingga ke daerah-daerah terpencil baik dalam maupun luar negeri. Cerita yang akan dishare-kan bukan hal yang heboh dan Waoww, karena pasti masih banyak pengalaman pembaca blog ini yang lebih Waoww terkait judul diatas. Bila melihat tulisan sebelum ini, maka pembaca sudah tahu bahwa Event Organizer adalah basic yang dimiliki saya sejak lulus dari bangku kuliah dan masih minim pengalaman. Dengan disupport penuh oleh Dosen yang sudah dianggap seperti ibu sendiri, akhirnya dunia Event Organizer mencoba saya arungi dengan segala suka dukanya.
Bermodalkan pengalaman yang minim, tugas sebagai kordinator Acara dalam sebuah Exhibiiton Organizer coba saya emban meski saat itu tangan masih gemeteran saat menyusun Rundown Acara, mengkonfirmasi talent, menghubungi relasi media utk on air dan masih banyak tugas lainnya. Meski akhirnya rangkaian acara berjalan lancar, namun masih jauh dari sempurna (karena sempurna hanya milik Andra and The Backbone). Selanjutnya naik jabatan sebagai Project Officer dalam mengawal pameran yg sama di kota berbeda, entah kenapa jantung semakin berdegup kencang, keringat dingin berlomba mengucur naik turun (bo`ongan ding) membasahi tubuh. Bukan main-main karena sukses tidaknya event yang digelar secara teknis lapangan berada di tangan Project Officer. Ujian terlewati meski masih sama, kekurangan disana sini masih perlu dibenahi lagi.
Mungkin cerita yang paling mengasyikkan justru datang saat tugas luar kota menyapa. Rasa sennag tentu yang pertama menyeruak, karena bakal jalan-jalan menjelajahi daerah baru yang sebelumnya hanya tahu lewat Atlas saat pelajaran Geografi jaman SMP dulu. Petualangan pertama dimulai didaerah jawa timur, selepas membantu gelaran pameran di Kediri, berlanjut menyiapkan persiapan pameran di Solo, dan kemudian balik lagi ke jawa timur, tepatnya di kota Reog Ponorogo. Cerita menarik selama berkunjung ke kota ini karena bertepatan dengan Puasa Ramadhan, sahur dan buka rata-rata menu yang disajikan hampir sama di tiap-tiap warung, yakni Nasi Pecel, dan alhasil perut sakit dan BAB menjadi hobby baru saya saat itu. Tidak perlu kuatir masalah kebutuhan operasional seperti makan, transportasi dan akomodasi, semua ditanggung perusahaan selama tugas luar kota yang rata-rata waktunya sebulan lebih.
Selesai di Ponorogo beralih ke Jepara - Jawa Tengah, satu hal yang paling berkesan dari kota ini adalah paras ayu RA. Kartini diwariskan ke setiap anak gadis kelahiran Jepara tulen, hingga panasnya cuaca daerah pantura saat itu berubah seolah diguyur hujan salju tiba-tiba (nyess..). Dengan dibantu temen-temen dari jaringan PMII salah satu kampus swasta di jepara, tugas dan tanggung jawab rumah tangga pameran berhasil diselesaikan dengan manis, karena animo membaca yang tinggi di kota ukir ini. Bergeser kembali ke Jawa Timur, kota kelahiran proklamator bung Karno, Blitar (meski masih menjadi polemik sejarah akan kebenaran lahirnya di Blitar atau Surabaya), kurang lebih 2 jam perjalanan dari kota Malang. Kesan pertama saat berkunjung ke kota ini adalah kentalnya nasionalisme dalam nafas organisasi-organisasi pergerakan mahasiswanya maupun suhu politik yang selalu hangat.
selama berada di Blitar, tentunya tidak lupa mengunjungi makan bung Karno dan perpustakaannya, disaat yang sama bertemu dengan putranya, Guruh Soekanro Putra yang tengah berziarah. Kota Mojokerto yang kental dengan aroma mafia birokrasi menjadi tujuan berikutnya. Pameran di kota ini bukanlah hal yang mudah, karena walikota saat itu lumayan ribet dan terkesan mempersulit perijinan, akhirnya yaa tahu sama tahulah sama dengan tempe, hehe..Petualangan paling menarik justru berlanjut diluar jawa yang dirangkum dalam paragraf dibawah ini, menjelajahi sebagian Pulau Sumatera.
Sebelum memulai perjalanan ke kota Medan (Sumatera Utara), Pekanbaru dan Dumai (Riau), jalan-jalan di jawa etape terakhir di kota pahlawan Surabaya, kemudian Malang, Jombang dan Kediri. Sumatera bukanlah daerah yang ramah, saat pertama kali menginjakan kaki di Bandara Polonia Medan kesan itu yang sangat terasa. 'Ini Medan Bung !', ungkapan khas yang kerap dilontarkan saat orang-orang dari jawa bermigrasi ke tanah Batak (karo, toba, simalungun, mandailing, pakpak dan angkola), dan tanah Melayu yang bercampur dengan warga pendatang dari pulau Jawa. Mengurus event di Medan adalah tantangan terberat sepanjang hayat, jangan ditanya harga-harga produksi event disini membumbung tinggi. Harga makanan pun cukup mahal dengan paling murah dibanderol Rp. 8.000-10.000/porsi (diluar minum). Setelah sok-sokan mencoba beradaptasi dengan logat-logat khasnya serta makanan yang super pedas dan bersantan, alhasil selama 3 minggu bermukim, sakit perut dan diare menjadi teman setia selama seminggu.
Persiapan di Medan sekaligus juga dalam rangka prepare di kota Dumai provinsi Riau, sekitar 4 jam dari Pekanbaru. Jadi selama 3 bulan di Sumatera, harus bolak-balik Medan - Pekanbaru - Dumai yang ditempuh selama 16 jam perjalanan darat. Karena basecamp di Riau saat itu berada di Pekanbaru, perjalnan ke Dumai ditempuh menggunakan travel selama 4 jam. Harga barang dan makanan di kota penghasil Minyak ini mampus gak ketulungan. Makan satu porsi harus keluar uang Rp. 15.000 (belum termasuk minum), maklum daerah penghasil minyak ini juga berdekatan dengan Duri dan Bengkalis yang dilalui pipa-pipa minyak raksasa, selain panas cuacanya, air tanah berwarna hitam legam bercampur minyak, saat itu rasa kangen dengan kota Jogja berkecamuk didalam dada (please help me!).
Karena gak ada betah2nya tinggal di Dumai, maka saya putuskan untuk stand by di Pekanbaru yang notabene paling dekat dengan keramaian, seklaian bisa jalan ke Perpustakaan Soeman termegah dan Gedung DPRD yang ciamik. Sementara team di Dumai menyelesaikan persiapan yang dibutuhkan, saatnya harus kembali ke kota Medan. Kalo boleh memilih antara Medan dan Pekanbaru lebih kerasan di Medan, meski secara logat orang Medan berwatak keras, namun siapa sangka hati bisa selembut salju. Dan saat hari H dimulai, Pameran di Dumai lebih dulu dimulai, target omzet penerbit tercapai, peserta puas meski gak kerasan selam di Dumai dengan panasnya yang menyengat dan air yang kotor, mending pilih gak mandi deh. Selang 2 hari Pameran di Medan pun dimulai, namun tak sebagus dengan hasil di Dumai, bisa dibilang Medan gagal, beberapa stratgei memang diluar perkiraan, pengunjung sepi, dan peserta mengeluh, saat itu yang ada dibenak saya hanya menyiapkan tissue sekarung buat peserta pameran :)).
Bukan pekerjaan mudah membuat event di kota ini, selain Medan sebagai kota terbesar ke-3 se Indonesia, hiburan di kota ini sudah merebak dan orang medan yang konsumtif lebih memilih shopping ke mall dan tempat hiburan lainnya. Selain pameran belum berhasil, semakin sempurna kegagalan dengan tumbangnya saya di hari terakhir, dan dilarikan ke Rumah Sakit terdekat. Maklum, pressure saat itu sudah menguras tenaga, pikiran dan setengah nyawa saya (biar lebay). Kondisi diperparah dengan suster dan perawat yang galaknya minta ampun, karena gak karasan meski belum pulih benar, saya tetap minta pulang dan istirahat di rumah yang sekaligus ditempati untuk kantor. Seolah 3 bulan sendirian di perantauan mencapai puncaknya dengan kejadian pingsannya saya di detik-detik akhir pameran. Meski begitu, saya tetap cinta Medan dan orang-orangnya, memang benar-benar 'ini Medan bung!'.
Sebenarnya masih ada cerita menarik lain saat menggarap sebuah project di Kalimantan, namun saya akan sambung dilain kesempatan demi menjaga kenyamanan membaca blogger-blogger yang budiman. Terimakasih sudah berkunjung, see u!. :)
Depan gapura makam Bung Karno Blitar - Jawa Timur |
bersama Group Reog Ponorogo SMA 1 Ponorogo |
Meeting dengan penerbit dan Riau Pos Pekanbaru - Riau |
Depan gedung DPRD Prov. Riau |
Meeting dengan penerbit di kantor Riau Pos Pekanbaru - Riau |
Poster Pameran Medan - Sumatera Utara |
Depan Gedung DPRD kab. Ponorogo - jawa timur |
Team bersama Bupati Jepara, Bpk. Hendro Martojo |
No comments:
Post a Comment